Rabu, 27 April 2011

Barat

:Sapardi Djoko Damono

kau menyukai barat sampai seolah tak ada lagi tempat yang lain bagimu mengadu. saat bangun di pagi hari kau mengikuti bayanganmu memberi salam pada barat.
di sore hari kau sudah terlalu lelah, kau tinggalkan bayanganmu rebah sendirian di belakang, lalu kau tundukkan kepalamu memberi salam kedua.
malam hari kau tidak ingin kemana saja. kau tidak menyukai yang diluar itu saat malam.
kau menuruni tangga, duduk dengan gelas dan koran yang tak kau sentuh di ruang tamu, melirik lukisan miring, menunggu ketukan asing di pintu. tepat sebelum fajar kau terlelap. di mimpimu kau bergandengan dengan barat tanpa sempat memikirkan bayanganmu yang menghilang. kau begitu bahagia hingga lupa kau pada kertas-kertas buram sajakmu, kau lupa pada air mata hujan yang kau tangisi di ujung juni, kau lupa pada ikan-ikan kecil yang menemanimu menegun kabut di kolam belakang rumah. kau tidak peduli lagi semua apa-apa yang mesti kau ingat.
kau terus menuju barat. sekalipun tidak menoleh ke belakang.

Sabtu, 23 April 2011

kau

kau tidak akan percaya jika kukatakan betapa sebenarnya aku berada di ambang kesepian. tapi kau pasti percaya saat ku katakan bahwa akupun membenci rasa sepi. saat kita bercerita tentang hal-hal yang kau tau,aku lebih cenderung menatap wajahmu yang kaku dan menganggukkan kepala sedikit agar kau masih menyangka aku sedang mendengarkanmu.
semua hal yang kau tau yang kau katakan padaku adalah hal yang pernah ku baca dalam sebuah situs atau kudengar dari gurauan-gurauan kecil guru mengajiku dulu. semua hal yang kau katakan itu pernah ku rekam baik dalam kepalaku sampai ku untaikan lewat doa-doa panjang malam hari. semua hal yang kau katakan itu bukan lagi hal asing yang menarik dibicarakan. tapi aku menyukaimu bercerita. aku menyukaimu yang membuatku mendengarkan.

mungkin kau menjadi heran. karena setelah cerita kesekian,dan setelah anggukan ku yang kesekian, kau tak kunjung mendapatkan balasan kata dan argumen yang pas, yang menurut mu dapat membuat pembicaraan ini lebih menarik dan lebih panjang. aku tau apa yang setelah itu kau simpulkan. karena setelah kupikirkan kau langsung mengatakannya,"kau tidak suka membaca ya?"

kau yang suka menyimpulkan hal itu ternyata tidak cukup pintar membaca pikiran dan mimik. karena saat kau bertanya aku tidak berhasil menemukan kalimat jawaban yang tepat agar kau tidak salah sikap dan lebih parah lagi salah sangka. sehingga aku tetap menatap hujan yang kebetulan turun di luar pintu sambil tersenyum.

kau menyukai hal yang tidak pernah kuperhatikan--alih-alih mengatakan aku tidak suka--. dan aku menyukai hal yang tidak pernah kau pikirkan. kita saling tidak pernah membicakan hal yang membedakan itu. kita justru membicarakan hal lain yang juga bukan sebuah kesamaan. lalu kenapa kita dapat saling berbicara? nanti saja kita putuskan.