Selasa, 23 November 2010

Tentang sebuah cerita

seandainya ada pengamat pengguna situs jaringan, mungkin ia akan merasa heran sekaligus senyum-senyum simpul melihat kita setiap hari membuka situs yang sama. menilik kolom yang sama. berharap sesuatu tertulis. sebuah tulisan baru muncul. yang malu-malu kita tujukan satu sama lain.
tiap kali saling menyapa tanpa berteguran, kita mengetikkan kalimat dengan sangat cepat. dan mengeoreksinya dengan sangat lama. hapus ketik lagi lalu hapus lagi, akhirnya kembali ke ketikan pertama. lalu enter.

di suatu keadaan yang secara tidak sengaja_ meski berikut-berikutnya ia seolah tidak sengaja_ kita bertemu, lalu memungkinkan berinteraksi, berbicara dengan lancar tentang kabar, berita, sesuatu lalu sesuatu yang lain. saat berbalik ke arah masing-masing, masing-masing kita pun tak mampu mengontrol senyuman-senyuman aneh muncul tak berhenti, lalu tidak bersamaan_ karna bersamaan hanya terjadi dalam film_ kita saling memandang ke belakang punggung yang menjauh.

Kamis, 14 Oktober 2010

Perjalanan

perjalanan itu,
orang-orang yang datang dan meninggalkan. mereka yang berjalan makin mendekat dan menjauh. mereka yang tadinya mendekat akan berpapasan dan tanpa berteguran ikut untuk berjalan menjauh.

perjalanan itu,
stasiun yang ramai dan kosong. kereta yang tiba dan pergi. kursi penumpang yang penuh, rumah-rumah dan pohon-pohon yang berlarian di luar jendela. lalu penjaja makanan dan petugas penyobek karcis.

perjalanan itu,
antri makan siang di restoran terdekat, membayar bill makanan, berjalan menuju sudut, dan mengunyah sendirian. lalu sesekali melirik ke pintu masuk restoran.

perjalanan itu,
melakukan hal yang sama dari awal. lalu sampai di titik awal.

perjalanan itu,
penuh sesak dengan penantian. dan setelah bosan, tanpa sadar mengulanginya lagi.

Senin, 11 Oktober 2010

oktober

aku berharap mampu menuliskan sesuatu untukmu. sebelum kita benar-benar tidak lagi bertemu. sebelum kita benar-benar tidak mampu lagi berpapasan lalu kemudian saling melupakan. hingga tidak lagi saling merindukan.
sesuatu seperti catatan ini sekedar ingin kau baca. sekedar ingin kau ketahui. itu saja.lalu nanti, mungkin sambil tertawa kecil kita bisa mengingat-ingat tentang warung makan, tentang bioskop, tentang taxi, tentang angkutan kota, tentang buku-buku, tentang toko-toko, tentang tempat-tempat, yang sebelumnya pernah merekam keberadaan kita.
setelah itu mungkin juga kita akan sama-sama lupa tentang apa saja yang tadinya berarti dan tidak berarti tentang apapun.
lalu kita lupa tentang janji-janji monyet yang mungkin saat kemarin berjanji, kita sudah sama-sama tau tentang kemungkinan tidak menepati atau lupa sama sekali.
lalu tanpa mengucapkan apa-apa kita berpisah. tanpa mengatakan apa-apa kita tidak lagi saling bertemu. dan tidak lagi dipertemukan.

Selasa, 21 September 2010

Joko Pinurbo - Minggu Pagi di Sebuah Puisi

Minggu pagi di sebuah puisi kauberi kami kisah Paskah
ketika hari masih remang dan hujan, hujan
yang gundah sepanjang malam
menyirami jejak-jejak huruf
yang bergegas pergi, pergi berbasah-basah ke sebuah ziarah.

Bercak-bercak darah bercipratan di rerumpun aksara
di sepanjang via dolorosa.
Langit kehilangan warna, jerit kehilangan suara.
Sepasang perempuan – panggil: sepasang kehilangan-
berpapasan di jalan kecil yang tak dilewati kata-kata

“Ibu hendak ke mana?” Perempuan muda itu menyapa.
“Aku akan cari dia di Golgota, yang artinya:
tempat penculikan,” jawab ibu yang pemberani itu
sambil menunjukkan potret anaknya
“Ibu, saya habis bertemu Dia di Jakarta, yang artinya:
surga para perusuh,” kata gadis itu sambil bersimpuh.

Gadis itu Maria Magdalena, artinya: yang terperkosa.
Lalu katanya: “Ia telah menciumku sebelum diseret
ke ruang eksekusi. Padahal Ia cuma bersaksi
bahwa agama dan senjata telah menjarah
perempuan lemah ini.
Sungguh Ia telah menciumku dan mencelupkan jariNya
pada genangan dosa di sunyi-senyap vagina
pada dinding gua yang pecah-pecah, yang lapuk
pada liang luka, pada gawuk yang remuk.”

Minggu pagi di sebuah puisi kauberi kami kisah Paskah
ketika hari mulai terang, kata-kata telah pulang
dari makam, iring-iringan demonstran
makin panjang, para serdadu
berebutan kain kafan, dan dua perempuan
mengucapkan salam: Siapa masih berani menemani Tuhan?

(jokpin/1998)

love it!

Senin, 20 September 2010

my love-westlife

saya sama sekali tidak mampu membayangkan apa-apa saat mendengar lagu ini. entah mengapa. sure i love it.

my love-westlife

An empty street
An empty house
A hole inside my heart
I’m all alone
The rooms are getting smaller
I wonder how
I wonder why
I wonder where they are
The days we had
The songs we sang together
Oh yeah
And all my love
We’re holding on forever
Reaching for the love that seems so far

Chorus
So I say it in a breath
Hope my dreams will take me there
Where the skies are blue
To see you once again my love
All the seas go coast to coast
Find the place I love the most
Where the fields are green
To see you once again my love

I tried to read
I go to work
I’m laughing with my friends
But I can’t stop
To keep myself from thinking

Oh no
I wonder how
I wonder why
I wonder where they are
The days we had
The songs we sang together
Oh yeah
And all my love
We’re holding on forever
Reaching for the love that seems so far

Chorus
So I say it in a breath
Hope my dreams will take me there
Where the skies are blue
To see you once again my love
All the seas go coast to coast
Find the place I love the most
Where the fields are green
To see you once again

To hold you in my arms
To promise you my love
To tell you from my heart
You’re all I’m thinking of
Reaching for the love that seems so far

Chorus
So …So I say it in a breath
Hope my dreams will take me there
Where the skies are blue
To see you once again my love
All the seas go coast to coast
Find the place I love the most
Where the fields are green
To see you once again my love
See you in a prayer
Dreams will take me there
Where the skies are blue
To see you once again my love
All the seas go coast to coast
Find the place I love the most
Where the fields are green
To see you once again my love

Senin, 13 September 2010

mimpi

kau tau di dalam mimpi kita dapat melakukan apa saja. terlebih ketika kau sadar itu adalah mimpi, kau dapat melakukan apa saja yang ekstrim sekalipun.
dulu ketika aku memimpikanmu aku terbangun dan geming di kasur sambil mencerna kembali bayanganmu yang telah hilang, aku merasa begitu bodoh dan membodoh-bodohi diri sendiri. karena yang kita lakukan di dalam mimpi tidak sama sekali berbeda dengan yang seharinya. hanya bertemu, sedikit berbicara lalu berpisah.
lalu kemudian aku putuskan ketika memimpikanmu lagi aku akan memeluk dan menciummu. dengan begitu kita, atau setidaknya aku saja, memiliki kenangan tentang kita. tentu tidak ada yang salah bukan, toh itu hanya akan ada dalam mimpi dan ingatanku saja. ha, aku tertawa begitu keras saat merencanakannya. tapi menyadari mimpi itu begitu sulit dan memimpikanmu terjadi terlalu sedikit.

ini yang ingin ku beri tahu padamu. bahwa semalam (setelah bertahun-tahun malam berlalu) aku memimpikanmu! hanya malam yang biasa. bahkan tidak dingin dan panas. padahal ingatanku tentangmu telah begitu samar hingga jika kulukiskan mungkin akan menjadi lukisan abstrak yang tak pula sempurna. satu lagi, aku di dalam mimpi itu menyadarinya, persis seperti yang dulu pernah kurencanakan.
tapi kau tau, mencintaimu tidak semudah mengecup bibirmu. tidak semudah merangkul dan memelukmu erat. saat terbangun aku geming dikasur lalu tersenyum sendiri memikirkanmu dan mimpi. bahkan saat aku telah bisa menyadari mimpi itu sekalipun, merangkul dan mengecupmu tak mampu kulakukan. padahal hanya sebuah mimpi.

hah,, mencintaimu seperti ini lagi.

Selasa, 07 September 2010

lulus kompre

setelah mendengar pengumuman kelulusan kuliah, yang Alhamdulillah aku terdaftar di mahasiswa yang lulus. Ibuku bertanya, "setelah ini apa lagi?" maksudnya tentu setelah lulus ujian, kapan aku wisuda lalu bekerja.
aku tertawa, seolah Ibu sudah tidak sabar untuk ku traktir minum bersama di kafe kopi di pusat kota. yang tentu saja belum pernah kami kunjungi. (ini tentu tidak ku katakan langsung, cukup dalam hati saja.)
memikirkannya sekarang aku tersenyum lagi..:)

I miss everything i am done before and after today..

Senin, 30 Agustus 2010

aku, dia, sajak

kau bilang kau ingin menikahiku di purnama bulan nanti
aku menjadi begitu takut bulan ini akan segera berakhir,
lima hari dari sekarang aku takut tidak mampu lagi ingat dimana sajak sajak yang sering ku serak itu kini tinggal, apa mereka baik-baik. apa mereka cukup makan. atau mereka sepertiku sedang berpuasa?
menunaikan ibadah puisi sungguh lebih sulit dari hanya menahan makan atau menahan menegak anggur. fajar dan petang berjarak begitu jauh. tidak hanya tak mampu bersilangan, mereka seperti dua pasang orangtua yang memilih bercerai karena lupa kenapa pernah bersama.

aku ingin mengenakan gaun pengantin yang dirajut dengan sejuta puisi. renda nya akan menembang pilu tentang aku dan kamu. mereka yang tidak memiliki airmata itu mungkin berharap bisa memaksa mata mereka yang juga tidak ada menangis. aku menjadi terlalu lelah dan rebah di dada mu, tertidur dan terpengkur di pangkuanmu yang hangat, karena itu tangis mereka akan semakin nyaring. dekapan mu tetap dan lebih erat. aku tetap dan lebih lelap.

malam ini aku tertidur berselimut sajak. kami berdekapan. berpelukan. berciuman.
aku sangat dan akan merindukanmu, kata sajak.

Minggu, 29 Agustus 2010

menyulam spasi

mungkin posisi nya sekarang aku terlalu jatuh cinta dengan cintamu yang bukan untuk ku. cintamu yang untuknya itu terlalu besar melebihi cinta seperti apapun yang bisa kuberikan padamu dan melebihinya. karena itulah kini aku berubah menjadi begitu mencintai cintamu itu. aku tidak akan minta maaf padamu ataupun padanya tentang ini karena hanya dengan begini mungkin cintaku bisa belajar bagaimana mencintaimu tanpa mencintai cinta nya padamu.

baiklah cukup dengan begitu banyak kata cinta. kita ganti saja cinta itu menjadi benci.

aku harap kau tidak tau. tadi nya dan sampai kini aku begitu memelihara benci yang ternyata tak terhitung lagi banyaknya, lalu mudah saja ia hinggap di dirimu. di matamu. dan kalau bisa di jantungmu, tapi tenang saja aku tau ini pasti hanya fantasiku saja. benci itu awalnya mendarat di bekas-bekas sajak hitam putih di buku catatanmu. oh tentu, aku tentu tau, itu sajak untuknya. namun sajak yang tak berarti baginya itu kupungut satu satu. lalu kusulam menjadi sebuah tali panjang dimana ia waktu itu berusaha bunuh diri. tidak berhasil tentu. kalau berhasil mungkin aku juga ingin melakukan hal yang sama. karena setelah mencuri tali milik ku dan bunuh diri, kalian menjadi begitu senang mengatakan kata cinta. oh maaf, benci.

dan setelah itu kau tidak lagi melukis sajak. tidak lagi memenuhi garis buku mu dengan puisi. mungkin itu sudah tak perlu lagi karena kau tidak membutuhkan, atau kini kau sangat membenci, dalam arti sebenarnya, sajak sajak kurang ajar itu yang malah berusaha membunuh majikannya, cintamu maksudku.

kini aku sedang menyulam tali baru. dari bait bait kosong dan spasi spasi yang tidak memisahkan apa-apa dan yang tidak memulai apa-apa. masih dari buku catatanmu.

Kamis, 26 Agustus 2010

#2

aku ingin menghabiskan waktu sebentar
membentuk dialog singkat antara aku dan urat biru yang menonjol di tangan kiriku,
tangan kanan sedang kupakai memegang benda lain

aku berpikir untuk mengelus sedikit urat birumu,kataku
dia tertawa. keras sekali. tambah keras.
kini seisi ruang dipenuhi suaranya
_sudah diam!
kau tak perlu mengelusnya
dari lama aku telah memakannya dari dalam
kau tak pernah tau.
_kenapa kau memakannya?
alasan yang sama mungkin kenapa kau ingin mengelusku.

pisau di tangan kananku jatuh
pingsan sepertinya

Sabtu, 21 Agustus 2010

#1

aku dan temanku sama-sama tidak pandai mengartikan cinta,
temanku itu merasa tidak lagi dicintai orang
sedang aku merasa tidak lagi mencintai orang.

mungkin cinta itu bukan kata benda, bukan kata sifat,
bukan kata kerja

mungkin ia hanya kata mereka ada.

Senin, 09 Agustus 2010

....

maaf, kemarin tidak sengaja
cintamu terjatuh,
telah kupungut dan kuletak
disini.
kau tertawa melihat hatiku
jadi dua.

Sabtu, 07 Agustus 2010

Selasa, 03 Agustus 2010

sajak puisi

:Undangan pesta
Kemarin aku undang puisi
Datang ke pesta perkawinan, dia berjalan
Digandeng sajak yang tampan
Ditinggalnya aku,
Menegak anggur sendiri

:Surat kencan
Hari ni kuselip amplop merah jambu
Di balik puisi si cinta
Wajahnya memerah
“pukul senja hari ini”
Dia pasti datang

Puisi dan sajak menikah malam itu
Menceraikanku
Mungkin karena surat tak bernamaku itu.

Rabu, 07 Juli 2010

puisi-puisi di KACANG edisi juli

Aku seorang penyair
:joko pinurbo


Aku seorang penyair, tuan
Bolehkah aku berpuisi?

jangan!
Berisik. Istri saya sedang tidur.




Hujan

seperti ada yang merangkak di atas sana
memapah tangis mencari hilir
__mana merpatiku?
dirabanya permadani
dikecupnya ilalang
mencambuk ibu hulu,
__mana merpatiku?




Air Matamu
:Wiji Thukul


aku ingin sejenak kehilangan otakku
sekedar ingin tau apa aku masih bisa menangisi airmatamu
saat larut kemarin ku dengar kabar api tentang ziarahmu di
kuburan tua
makam pertama yang mengheningkan rumah bambumu
tulang pertama yang patah menyisakan amis di kasurmu
masihkah ingin kau teriaki: lawan!
di depan hidung pesek bayi yang langsung tergadai hutang
masihkah ingin kau maki: jarah!
di samping gadis muda tanpa celana yang telah kehilangan
malu
apa masih ingin kau hardik: perang!
di tengah bara yang tak jua kunjung hitam

Senin, 07 Juni 2010

bahasa cinta

Ini cinta pertama, kalau memang itu istilah yang pas untuk perasaan yang belum mau kehilanganmu. Suatu saat, ketika meninggalkanmu tidak sesakit jika kehilanganmu sekarang, siapa tau namanya telah berubah menjadi cinta kedua, ketiga, keempat, atau sebenarnya saat itu ia masih disebut cinta monyet. Tapi untuk sekarang kita sepakati saja ini adalah cinta pertama. Tentang aku, untukmu.

Kau tau, dulu kau pernah marah-marah karena ketinggalan bus dan mesti menunggu lebih dari dua jam untuk bus berikutnya. Kau tidak terima dengan waktu yang terbuang percuma. Kau mengutuki setiap kemungkinan penyebabmu ketinggalan bus hari itu. Tapi tentu saja tidak dengan teriak-teriak seperti orang gila. Kau hanya diam menggerutu bersama dirimu seorang. Karena begitulah kau. Begitu terlihat tenang, begitu terlihat sabar. Aku juga belum terlalu mengerti apa kata terlihat pas untukmu, sepertinya ketenangan dan kesabaran itu lah yang memilihmu. Seperti gaun yang pas untuk pesta dansa. Seperti sepatu kaca yang memilih cinderella.

Aku mulai meragukanmu sekarang, untuk menunggu yang membuatmu begitu kesal. Menunggu bagiku menghadiahkan pada waktu agar sebentar saja ia dapat menikmatiku. Menikmati pikiranku yang begitu sederhana, kalau tak mau dibilang tak berguna. Dan aku mampu menikmati skenario-skenario kecil tentangmu. Bagaimana rambutmu terurai. Bagaimana sabit muncul di bibirmu saat kau tersenyum. Bagaimana mata yang berkilau mu memantul di mataku hingga dibuatnya ia sayu. Barulah saat dari ujung jalan kau berjalan tergesa menujuku, skenario itu hilang, lenyap sama sekali, berubah menjadimu seutuhnya. Berubah menjadimu yang lebih sempurna.

****

“bagaimana cara mu mendefinisikan cinta?”
“aku tidak pernah mencoba mendefinisikannya. Entah kata itu ada atau tidak. Entah ia malah di atas segalanya atau tidak. Aku tidak tau.”
“kenapa tidak kau cari tau?”
“takut. Aku takut ketika mengetahuinya mungkin aku akan menyadari ketidakadaanku sendiri.”
“maksudnya?”
“apa kau mendefinisikan cinta?”
“aku membencinya”
“kenapa?”
“aku juga tidak tau”
Aku tidak tau, malam itu ternyata kita memikirkan hal yang sama dalam diam. Ketika aku sendiri tidak pernah tau apa itu cinta, dan kau yang tidak menyukainya. Lalu kita apa? Sepasang kekasih yang berciuman saat bibir kita sedang kering. Atau sepasang manusia yang saling menelan purnama saat ia sendiri merasa kesepian.

****