Selasa, 21 September 2010

Joko Pinurbo - Minggu Pagi di Sebuah Puisi

Minggu pagi di sebuah puisi kauberi kami kisah Paskah
ketika hari masih remang dan hujan, hujan
yang gundah sepanjang malam
menyirami jejak-jejak huruf
yang bergegas pergi, pergi berbasah-basah ke sebuah ziarah.

Bercak-bercak darah bercipratan di rerumpun aksara
di sepanjang via dolorosa.
Langit kehilangan warna, jerit kehilangan suara.
Sepasang perempuan – panggil: sepasang kehilangan-
berpapasan di jalan kecil yang tak dilewati kata-kata

“Ibu hendak ke mana?” Perempuan muda itu menyapa.
“Aku akan cari dia di Golgota, yang artinya:
tempat penculikan,” jawab ibu yang pemberani itu
sambil menunjukkan potret anaknya
“Ibu, saya habis bertemu Dia di Jakarta, yang artinya:
surga para perusuh,” kata gadis itu sambil bersimpuh.

Gadis itu Maria Magdalena, artinya: yang terperkosa.
Lalu katanya: “Ia telah menciumku sebelum diseret
ke ruang eksekusi. Padahal Ia cuma bersaksi
bahwa agama dan senjata telah menjarah
perempuan lemah ini.
Sungguh Ia telah menciumku dan mencelupkan jariNya
pada genangan dosa di sunyi-senyap vagina
pada dinding gua yang pecah-pecah, yang lapuk
pada liang luka, pada gawuk yang remuk.”

Minggu pagi di sebuah puisi kauberi kami kisah Paskah
ketika hari mulai terang, kata-kata telah pulang
dari makam, iring-iringan demonstran
makin panjang, para serdadu
berebutan kain kafan, dan dua perempuan
mengucapkan salam: Siapa masih berani menemani Tuhan?

(jokpin/1998)

love it!

3 komentar:

  1. ingin mencoba memahami sejak puisi joko pinurbo yang begitu membuat saya paham dan tidak paham tentang diri sendiri. (anehnya)

    BalasHapus
  2. bagus banget ya di puisi dia

    BalasHapus
  3. keren sekali dalam pandanganku...hehehe..
    tapi pas ketemu orangnya langsung, speechless.. -,-

    BalasHapus