kau bilang kau ingin menikahiku di purnama bulan nanti
aku menjadi begitu takut bulan ini akan segera berakhir,
lima hari dari sekarang aku takut tidak mampu lagi ingat dimana sajak sajak yang sering ku serak itu kini tinggal, apa mereka baik-baik. apa mereka cukup makan. atau mereka sepertiku sedang berpuasa?
menunaikan ibadah puisi sungguh lebih sulit dari hanya menahan makan atau menahan menegak anggur. fajar dan petang berjarak begitu jauh. tidak hanya tak mampu bersilangan, mereka seperti dua pasang orangtua yang memilih bercerai karena lupa kenapa pernah bersama.
aku ingin mengenakan gaun pengantin yang dirajut dengan sejuta puisi. renda nya akan menembang pilu tentang aku dan kamu. mereka yang tidak memiliki airmata itu mungkin berharap bisa memaksa mata mereka yang juga tidak ada menangis. aku menjadi terlalu lelah dan rebah di dada mu, tertidur dan terpengkur di pangkuanmu yang hangat, karena itu tangis mereka akan semakin nyaring. dekapan mu tetap dan lebih erat. aku tetap dan lebih lelap.
malam ini aku tertidur berselimut sajak. kami berdekapan. berpelukan. berciuman.
aku sangat dan akan merindukanmu, kata sajak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar